Blora – Anggota Komisi IX DPR RI, Dr. H. Edy Wuryanto, S.Kp., M.Kep., menggelar sosialisasi peningkatan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan produksi dalam negeri. Acara berlangsung di Gedung SMPN 1 Todanan, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, pada Minggu (21/9/2025) pukul 13.00 WIB.
Kegiatan ini terselenggara bekerja sama dengan Direktorat Ketahanan Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, serta dihadiri ratusan peserta dari kalangan tenaga kesehatan, perangkat desa, hingga masyarakat umum.
Dalam sambutannya, Edy Wuryanto menegaskan pentingnya mendukung produk farmasi dan alat kesehatan buatan dalam negeri. Menurutnya, Indonesia memiliki potensi besar untuk mandiri di bidang kesehatan apabila masyarakat dan tenaga medis ikut mengutamakan produk lokal.
“Penggunaan obat-obatan dan alat kesehatan produksi dalam negeri bukan hanya soal kemandirian, tetapi juga bentuk dukungan terhadap perekonomian nasional. Dengan begitu, kita bisa mengurangi ketergantungan pada produk impor,” ujar Edy.
Sosialisasi ini menghadirkan sejumlah narasumber dari Kemenkes RI dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, antara lain:
Roni Syah Putra, S.Farm., Apt., M.K.M. (Adminkes Ahli Muda Dit. Ketahanan Farmasi dan Alat Kesehatan Kemenkes RI),
Ofa, S.Farm., Apt. (Administrator Kesehatan Ahli Pertama Dit. Ketahanan Farmasi dan Alkes),
Falah Safira, S.Farm., Apt. (Administrator Kesehatan Dit. Ketahanan Farmasi dan Alkes),
Riptieni Tri Lutiarsi, SKM., M.Kes. (Kabid Sumber Daya Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah),
Ida Winarsih, A.Md. (Asisten Apoteker Penyelia, Dinkes Provinsi Jawa Tengah).
Para narasumber memaparkan strategi peningkatan ketahanan farmasi nasional, termasuk peran tenaga kesehatan dalam memastikan mutu serta keamanan produk lokal. Mereka juga menekankan pentingnya kesadaran masyarakat untuk memilih obat generik bermutu dan alat kesehatan produksi nasional yang telah teruji keamanannya.
Sementara itu, perwakilan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah menilai, program ini sangat strategis untuk memperkuat sistem kesehatan nasional. “Dengan meningkatkan pemanfaatan produk farmasi dan alkes dalam negeri, kita bisa menekan biaya kesehatan sekaligus menumbuhkan industri nasional,” ungkap Riptieni Tri Lutiarsi.
Acara sosialisasi ditutup dengan sesi dialog interaktif, di mana peserta diberi kesempatan untuk bertanya langsung kepada para ahli. Diskusi berlangsung hangat, mulai dari isu ketersediaan obat generik, standar keamanan alat kesehatan, hingga dukungan pemerintah terhadap industri lokal.
Melalui kegiatan ini, diharapkan masyarakat dan tenaga kesehatan semakin sadar untuk mendukung gerakan nasional penggunaan produk farmasi dan alat kesehatan dalam negeri, demi tercapainya kemandirian dan ketahanan kesehatan bangsa.(RED-HB).