Mampukah Gen Z Menjadi Role Model di Era Digital ?

Dilansir dari Eraspace pengguna internet di Indonesia menyentuh angka 221,5 juta jiwa
dengan dominasi penggunanya merupakan kalangan Gen Z. Generasi Zoomer memang tidak
akan pernah terpisah dari era digital. Pasalnya mereka dikenal melek teknologi karena lahir
dan tumbuh bertepatan dengan berkembangnya teknologi.

Staf Khusus Menteri Kominfo Bidang Digital dan Sumber Daya Manusia, Dedy
Permadi, mengatakan bahwa Gen Z turut andil dalam menentukan arah bangsa sehingga
mereka cukup menentukan kesehatan ruang digital di Indonesia.

Lantas apakah Gen Z mampu menjadi pelopor budaya positif atau hanya sekadar
konsumen media digital? Ya, Gen Z si paling melek teknologi tentunya harus siap mengemban
peran dalam menciptakan ruang digital yang aman, nyaman, dan kondusif. Namun, di balik
kecanggihan dan kemudahan dalam mengakses segala informasi, muncul tantangan besar
terkait kondusivitas ruang digital.

Beragam persoalan kini hadir mewarnai platform dunia maya. Beragam tren juga turut
mengundang rasa takut ketertinggalan di kalangan remaja, itulah FOMO (Fear of Missing Out).
Tetapi, tidak banyak yang menyadari bahwa ruang digital sejatinya hanya sebuah sesuatu yang
fana. Tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan karena semuanya perlahan pudar seiring waktu
berjalan. Contohnya, banyak dijumpai orang yang mengunggah kebahagiaan atau kemewahan
di media sosial. Tetapi pernahkah kita berpikir, benarkah hal itu nyata adanya? Mungkinkah itu
semua hanyalah sesuatu yang direkayasa? Jawabannya, sangat mungkin. Begitu pula dengan
segala informasi yang beredar. Jangan semata-mata terjebak dalam emosional lantas
membagikannya tanpa tau kebenarannya. Di sini peran kemampuan analisa atau critical
thinking sangat diperlukan. Selain, menyaring informasi sebelum kita sharing juga membuat
diri tidak mudah termakan hoaks.

Maka dari itu, saat ini apa sih sebenarnya peran Gen Z dalam mewujudkan harmoni dan
kondusivitas ruang digital? Tentu ada banyak sekali. Tetapi saat ini, ada dua hal yang menjadi
prioritas untuk dilakukan dan diwujudkan.

Yang pertama adalah edukasi. Hal ini bukan semata memberikan sosialisasi kepada para
pengguna media sosial melainkan lebih kompleks. Di sini kita bergulat dengan berbagai pola
pikir individu lain. Karena banyak aktivitas yang sudah berpindah ke dunia digital maka
penting untuk memiliki kemampuan literasi digital. Hal ini bisa dilakukan dengan aksi seperti
berbagi tips seputar teknologi atau apa pun yang membawa manfaat melalui platform digital
atau non digital.

Public Influencer
Vania Winola adalah seorang influencer muda yang berprestasi. Ia seorang gadis dari
Surabaya yang pernah menyandang gelar Duta Nasional SMA tahun 2022. Kini, dirinya
melanjutkan pendidikan di Universitas Airlangga program studi Ilmu Komunikasi. Banyak
muda-mudi yang menggemarinya karena ia mahir public speaking. Tak jarang ia hadir untuk
menjadi pembicara yang memotivasi teman-teman seusianya. Ia merupakan cerminan seorang
pengguna digital yang memberikan dampak positif bagi sekitarnya. Seharusnya, seperti itulah
Gen Z, tak hanya mahir mengoperasikan teknologi. Tetapi tentang bagaimana membawa media
digital agar bisa memberikan perubahan positif dan saling bersinergi.
Yang kedua adalah bijak dalam berjejak digital. Segala sesuatu yang dilakukan melalui
media digital, meninggalkan jejak yang tidak bisa terhapuskan. Seorang Gen Z dipercaya
memiliki sejuta kreasi. Saat ini, semua orang bebas mengungkapkan ekspresinya melalui ruang
digital. Selagi positif dan tidak merugikan maka tak ada batasan.
Sumber gambar: Instagram @vaniawinola

Ruang Digital sebagai Media Berkarya
Siapa yang tidak kenal dengan sosok Jerome Polin? Penggemar matematika sekaligus
YouTuber yang menjadi idola kawula muda. Banyak hal yang sudah ia raih. Tak hanya
segudang prestasi. Ia juga aktif membagikan motivasi. Tahun 2021 lalu, Jerome dan kakaknya,
Jehian, masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30 Asia. Penghargaan ini memang diberikan bagi
mereka yang berusia di bawah 30 tahun dan dianggap memberikan pengaruh dalam
masyarakat. Kini, ia sukses dalam banyak bidang, meliputi usaha makanan, bimbel, bahka
sering menjadi narasumber.

Maka, di tengah tantangan global yang cukup mengkhawatirkan, Gen Z harus mampu
menjadi role model dalam menciptakan ruang digital yang aman untuk masa depan. Tak hanya
itu, melalui daya kreasinya yang hebat, mereka mampu menjadikan ruang digital sebagai
sahabat dalam peluang berkarya. Namun, segala sesuatu bisa menjadi boomerang bagi diri
sendiri. Ruang digital hadir sebagai bentuk modernisasi. Belajar dari apa yang diungkapkan
Dedy Permadi, konten yang positif maupun negatif itu ditentukan dan dapat mempengaruhi
Generasi Z. Jejak digital itu tidak akan pernah bisa kita manipulasi. Jangan sampai nanti kita
sesali. Mari manfaatkan ruang digital dengan cerdas dan bijak.

Penulis : Tatit Mukti Mahanani – SMAN 1 BLORA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *