BLORA – Trembulrejo, sebuah desa dalam pelukan hamparan sawah hijau, menyimpan cerita tentang perjuangan para petani yang tak kenal lelah.
Musim hujan yang datang memberi kehidupan pada tanah, menjadikan padi tumbuh subur dan lebat, tetapi disinyalir mengundang hama yang menjadi ancaman para petani.
Di tengah padi yang bergoyang ditiup angin lembut, terdapat sosok Fery. Dengan langkah penuh tekad, ia menyusuri tanaman hijau itu, menyemprotkan cairan yang diisi pestisida dari tangki yang tergantung di punggungnya.
Kain menutupi kepalanya, melindunginya dari sengatan matahari. Aktivitas bukan sekadar rutinitas, tetapi sebuah doa agar tanaman yang ia rawat tetap sehat dan menghasilkan panen memuaskan.
Hamparan sawah di Trembulrejo salah satu saksi bisu dari warisan turun-temurun. Dari fajar hingga senja yang berwarna jingga. Tanaman hijau nan asri ini adalah denyut nadi desa, membawa kehidupan bagi keluarga-keluarga yang tinggal di dekatnya. Setiap helai daun padi yang melambai seolah berbisik untuk menarik semangat para petani dan usaha yang tiada henti.
Dibalik keindahan itu, ada tantangan dan juga keberkahan yang selalu hadir. Penyemprotan pestisida yang dilakukan dengan penuh hati-hati tetap menyimpan risiko. Dengan langkah yang tepat, desa ini tidak hanya akan terus menjadi penghasil padi unggulan dan akan keberlanjutan.
Fery dan para petani lainnya adalah jiwa dari desa ini, bekerja di tengah alam dengan semangat yang tak lekang oleh waktu. Setiap tetes keringat mereka adalah perjuangan kehidupan, sebuah karya yang takkan pernah selesai, karena setiap musim adalah babak baru dalam cerita panjang tentang kerja keras, doa, dan harapan.
Untuk dketahui Desa Trembulrejo terdiri dari 6 RW dan 17 RT. Desa Trembulrejo terbagi menjadi dua lingkungan, Trembul Kulon dan Trembul Wetan. Trembul Kulon merupakan pemukiman padat penduduk, sedangkan lingkungan Trembul Wetan merupakan pertokoan dan perkantoran . Penduduk Trembulrejo sangat beragam mata pencahariannya. Ada buruh, pedagang, PNS, Karyawan perusahaan, pengusaha, dan lain lain.
Muhamad Imroni, Kepala Desa (Kades) Trembulrejo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora, memiliki cara yang unik dan inspiratif. Baru-baru ini, ia melibatkan sekitar 500 emak-emak untuk turun ke sawah bersama menanam padi di lahan pertanian seluas 1,5 hektar.
Hebatnya, seluruh proses penanaman selesai hanya dalam waktu 20 menit. Kegiatan ini berlangsung areal sawah yang dikelola Kades Trembulrejo.
Gotong royong adalah warisan budaya yang harus terus dijaga dan dilestarikan. Dengan semangat kebersamaan ini, pekerjaan berat pun terasa ringan.
Menurutnya, keterlibatan emak-emak dalam kegiatan ini bukan hanya untuk membantu pekerjaan menanam padi, tetapi juga untuk mempererat hubungan sosial antarwarga.
Selain itu, kegiatan ini juga menjadi contoh nyata bagaimana desa dapat memanfaatkan sumber daya manusia lokal untuk mendukung sektor pertanian. (RED-Widia).